Jumat, 09 Januari 2009

Regulasi tarif minimal dan Ceria | 0

Ternyata kekhawatiran saya terhadap aturan pembatasan tarif murah SMS bakal menemui kenyataan. Pemberlakuan tarif minimum segera diberlakukan sebagai tindak lanjut larangan SMS gratis antar operator. Nalarnya, hal ini memang bakal terjadi cepat atau lambat. Kartel SMS yang menyebabkan tarif SMS setinggi langit kemudian dilanjutkan dengan obral tarif yang menyebabkan gangguan jaringan sebenarnya bisa menjadi gambaran bahwa industri telekomunikasi kita sebenarnya belum cukup dewasa. Perlu trial eror dulu hanya untuk mengetahui bahwa yang serba terlalu itu tidak baik. Seperti anak kecil saja. Nevermind,..lanjut..

Jika batas bawah nanti serta merta dianut oleh operator incumbent, lantas apa lagi yang mampu dijadikan senjata untuk mendapatkan new subscriber bagi pendatang baru? Beruntunglah bagi yang telah memiliki persiapan matang dalam mengarungi pahit getirnya bisnis telekomunikasi. Value added yang bermanfaat memiliki arti yang lebih penting dari sebelumnya.

Bagaimana dengan Ceria? Sebagai pemain baru, Ceria memang sebaiknya mulai lebih fokus menjual layanan data. Secara sumber daya, Ceria sebenarnya layak untuk segera menggarap bidang ini dengan lebih serius. Ceria memiliki bandwidth yang cukup untuk bisa melayani kebutuhan transfer data kecepatan tinggi dengan teknologi CDMA EVDO. Jika terlambat (as usual), perkembangan Ceria akan lebih sulit. Kompetitor seperti esia atau fleksi memiliki bandwidth yang terbatas di frekuensi 800, apalagi starone, dan mereka sudah terlalu banyak pelanggan untuk bisa memaksimalkan layanan transfer data kecepatan tinggi. Pesaing terdekat sebenarnya hanyalah Smart, itupun dengan keterbatasan inefisiensi di jaringan 1900. Mereka bergerak cepat alih strategi dengan modal yg seakan tidak ada habisnya.

Hanya fokus ke pedesaan dengan senjata layanan murah di SMS dan suara sudah jelas terkendala regulasi batas bawah tarif dari pemerintah yang mau tidak mau harus ditaati. Mau lari kemana lagi untuk mendapat revenue tinggi? USO? Telkomsel tidak bisa dipungkiri lebih senior dan sudah teruji. Layanan sms dan suara tidak menghasilkan apa - apa selain ARPU yang segitu segitu aja. Pemangkasan jumlah karyawan juga tidak mengena karena penghematan yang didapat tidak lebih besar dari penurunan revenue sebagai imbal baliknya.

Jika memang Ceria ingin dikembangkan, tidak sekedar untuk permainan capital konglomerasi, memang seharusnyalah STI segera merubah strategi. Industri telekomunikasi adalah bisnis modal besar. Seperti halnya judi, makin besar modal, kans menangnya makin tinggi. Keluarga Sampoerna yang gemar judi pasti tahu hal ini. Bukan begitu, Pak Putera? Mas Michael?

O iya, sebagai tambahan saja, Pak Putera. Apakah bisnis CPO memang sangat menguntungkan? Jika penurunan harga CPO berlanjut dan tidak ada kewajiban bagi Pertamina untuk menggunakan biodiesel sebagai campuran, apakah bisnis agro tetap menarik untuk terus dimodali? Apakah kongsi dengan kerabat JK itu tetap menarik jika JK tidak lagi jadi Wapres? Tdk perlu dijawab, paling juga ndak baca. Anggap saja kali ini saya masturbasi,..bertanya untuk saya cari jawabannya sendiri...

0 komentar:

Bookmark and Share

Posting Komentar

 
Theme : FeedCentre by BudiTyas