Rabu, 10 Desember 2008

Teori masa depan Ceria | 1

Jika menilik performa beberapa bulan terakhir, rasanya sangat aneh tidak ada perubahan sedikitpun dari pihak management perusahaan. Rasanya kok janggal sekali. Jadi tergelitik pikiran saya untuk membuat sebuah cerita picisan mengenai yang terjadi di balik ini semua...Jika anda sulit tidur dan nggak ada kerjaan, silahkan baca cerita saya. Tapi amat sangat lebih baik jika anda tidur saja jadi tidak membuang waktu percuma..

Jumlah operator selular di Indonesia sudah terlalu banyak. Kemungkinan untuk berkembang lebih jauh menjadi sangat sulit saat semua saling injak dan saling himpit. Ceria mungkin memiliki jumlah pelanggan paling kecil, namun jika dilihat secara kualitas, pelanggan Ceria lebih loyal dan segmennya lebih jelas. Ini tentu merupakan nilai tambah yang signifikan untuk mengatrol nilai perusahaan.

Frekwensi 450, 800, 900, 1800, 1900, sudah dibeli operator yang beroperasi saat ini. Tidak ada lagi yang tersisa. Operator yang mempunyai modal lebih kesulitan untuk mengembangkan jaringannya. Punya uang, tapi tidak bisa dimanfaatkan. Di lain pihak, operator kecil kembang kempis melakukan efisiensi karena minim dana. Whats next? Kemungkinan besar adalah merger, atau akuisisi, yang kecil dimakan yang besar.

Dilihat dari sisi frekwensi, 450 memiliki potensi yang bagus untuk mengcover area pedesaan, namun pedesaan bukan pasar menarik untuk mengatrol ARPU. Operator mau tidak mau harus ikut bermain di perkotaan untuk meningkatkan profitnya dari sisi ARPU, sedang jangkauan hingga pedesaan sekedar menjadi bargaining perusahaan untuk konsumen dalam hal ketersediaan dan pemerataan sinyal.

Jika memang Ceria ingin dikembangkan dalam jangka panjang, tidak akan terjadi efisiensi habis - habisan diluar akal sehat seperti saat ini. Pertumbuhan tetap dinomorsatukan diatas efisiensi jangka pendek. Profit taking instant pada beberapa bulan terakhir seakan menjadi indikator jelas kemana arah Ceria ke depan. Kemungkinan besar adalah ambil untung ala kadarnya sebelum akhirnya 'diuangkan'.

Sampoerna mungkin memiliki dana besar, tapi tidak cukup besar untuk membiayai Ceria hingga mampu berkompetisi melawan provider - provider mapan. Selain itu, bisnis Sampoerna yang lain sangat menjanjikan. Sampoerna agro contohnya. Akan lebih menarik bagi Sampoerna untuk fokus ke bidang - bidang yang secara finansial benar - benar menjanjikan keuntungan.

Di lain pihak, bagaimana dengan Ceria? Tetap ada, kemungkinan malah lebih bagus, jadi pelanggan tidak perlu khawatir. Bagaimana nasib pegawai - pegawainya? Hanya Tuhan yang tahu. Jika Ceria benar - benar dijual, maka secara logis distribusi voucher akan ikut jalur distribusi baru yang lebih mapan. Marketing dioverhandle perusahaan pembeli yang lebih berpengalaman, dan sistem akan ikut sistem yang baru, yang lebih memanusiakan. Btw, dalam UU ketenaga kerjaan kita yang begitu memihak investor, jangan berharap dapat pesangon selama bekerja di Ceria meski berstatus pegawai tetap. Nggak nakut - nakutin lho, memang seperti itulah kenyataannya.

OK deh. Demikian cerita picisan saya, semoga bisa dilanjutkan lain waktu. Tengkyu.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hallo STI.... pada bulan Agustus 2008 saya dengar ada istilah "penumpang gelap" di management STI (plus dealer) Apakah penumpang gelapnya sekarang sudah turun ??? Sebenarnya siapa menjadi penumpang siapa Sich...??
Apakah bukan STI yang numpang jualan pada mitra-mitranya tanpa jaminan kesehatan dan gaji???

Bookmark and Share

Posting Komentar

 
Theme : FeedCentre by BudiTyas