Rabu, 10 Desember 2008

Industri telekomunikasi 2009 | 0

Isu 2009 di dunia telko adalah pertumbuhan yang diprediksi hanya 20%, menurun dibanding tahun ini yang mencapai 40%. Disamping krisis global, bisnis telko di indonesia sudah mendekati maturity, stadium dewasa dengan pertumbuhan melambat.

Persaingan layanan & kualitas akan mendominasi, menggantikan era perang tarif murah. Ke depan, industri telko bakal menghadapi persaingan lebih berat karena dalam pasar dengan pertumbuhan minimal, situasi yang terbentuk mengarah ke 'pembunuhan kartu', bukan lagi generated new subscriber dengan menjual perdana. Industri telko yang bersandar pada 'kartu perdana' akan mengalami situasi berdarah - darah untuk mempertahankan kartunye tetap di slot RUIM pengguna.

Setahun ini, adalah hal lumrah dimana 1 orang memiliki lebih dari 1 HP. 1 untuk nomor lama, selebihnya untuk trial nomor baru. Di era krisis, menghidupi banyak nomor sudah bukan pilihan, mencoba - coba juga mulai membosankan. Lebih efisien menghidupi nomor paling nyaman dengan mendapat cash dari menjual HP selebihnya. Banyak kartu yang akan terbunuh.

Dengan mempertimbangkan pasar mendatang, operator mulai melirik optimalisasi layanan, baik melalui fasilitas internet murah, RBT variatif, content, opsi pulsa variatif, jaringan, dan masih banyak lagi. Dengan tarif telepon & SMS murah, harus ada fasilitas lebih sehingga konsumen ada opsi dalam membelanjakan pulsanya. Kemajuan teknologi yg diimplementasikan oleh operator tidak akan membuat operator makin kaya. Hanya akan membuat mereka tetap kompetitif di masa sulit.

Industri telko 2009 akan sangat memanjakan pelanggan. Dengan budget yang sama, pelanggan dapat mengalokasikan pulsanya untuk layanan yang lebih variatif, tidak semata - mata telepon & SMS. Saatnya sebagai konsumen kita menunggu dengan optimis. Apa saja penambahan fasilitas di kartu yang saat ini kita pakai. Apakah layak kita pertahankan jangka panjang, atau harus segera kita akhiri sampai di sini.

Ceria tidak termasuk operator 'pedagang kartu' dan tentu saja strategi yang diterapkan bisa jauh berbeda. Pasar Ceria masih terbuka, terutama di daerah - daerah yang tidak dilayani operator lain. Peningkatan jumlah subscriber melalui penambahan BTS yang terfokus di area minim kompetisi masih sangat memungkinkan.

Area - area sub urban akan makin dimarginalkan operator lain. Belanja modal tinggi yang dianggarkan untuk teknologi baru demi mempertahankan pelanggan perkotaan akan membuat pelanggan - pelanggan dusun terabaikan. Di kota, operator senior digempur oleh junior - junior yang ramping dan sangat bernafsu menggerogoti pasar dengan tarif murah dan promo gila - gilaan, maka fokus senior jelas di situ. Nampak sekali nilai uang orang kota yang diperebutkan. Di pedesaan, nilainya mungkin tidak terlalu besar jika dilihat dari sudut pandang operator yang beroperasi di frekwensi 800 ke atas, sementara untuk operator 450, nilainya cukup untuk tumbuh & berkembang. Di sinilah pondasi Ceria untuk tetap eksis melayani dan menambah jumlah pelanggan. Meski pasar kota menggiurkan, tapi pondasi Ceria tetap di pedesaan. Jika angka 'aktivasi' di kota membuat Ceria lupa daratan, maka habis sudah. Ceria tinggal menunggu jadi sejarah. Memperkuat pondasi di pedesaan, tetap itu pilihan terbaik Ceria di 2009 untuk tumbuh & berkembang.

0 komentar:

Bookmark and Share

Posting Komentar

 
Theme : FeedCentre by BudiTyas