Minggu, 07 Desember 2008

Pricing sparepart | 0

Revenue yang dihasilkan melalui voucher merupakan pemasukan pokok perusahaan. Dalam arti, pemasukan yang lain bisa diabaikan. STI selama ini menerapkan standar harga yang cukup tinggi untuk kelengkapan teleponnya, misalkan saja batre & charger. 2 elemen tersebut adalah bagian kehidupan sebuah HP. Kehidupan sebuah HP adalah jaminan voucher dibeli, dan jika voucher dibeli maka ada revenue bagi perusahaan.

Sekarang mari kita coba berandai - andai dalam sebuah studi kasus dengan data berikut :
- Pelanggan Ceria 1 juta
- Ceria telah beroperasi 2 tahun
- HP dengan batre/ charger rusak diperkirakan 10%
- Rata - rata pengguna mengisi voucher 10.000/bulan.

Nah, pertanyaannya, berapa potensi berkurangnya pemasukan perusahaan akibat HP tidak dipergunakan karena rusaknya batre/charger?
Jawabannya adalah 10.000x100.000=1.000.000.000 atau 1 milyar per bulan.

Pertanyaan selanjutnya adalah, berapakah harga batre HP/Charger Ceria? berapakah marginnya?
Dengan margin 40.000, maka perusahaan tiap bulan harus menjual diatas 20 ribu batre/charger untuk menutup hilangnya pemasukan voucher akibat HP tidak terpakai. Dengan margin sedemikian tinggi, berapa orang yang mau beli? Dari pengalaman di lapangan, orang lebih memilih mengistirahatkan HP nya daripada membeli batre/charger yang mahal.

Kesimpulan : Batre/charger seharusnya difungsikan untuk meningkatkan revenue dari hasil pemakaian HP, bukan revenue hasil dari penjualan batre/charger itu sendiri. Pricing batre/charger yang tidak tepat dapat menyebabkan hilangnya milyaran pemasukan perusahaan dalam 1 bulan.

To the point nya adalah : "Tolong dong harga batre/charger dibikin murah..."

0 komentar:

Bookmark and Share

Posting Komentar

 
Theme : FeedCentre by BudiTyas